Shalat merupakan tiangnya agama, menjadi Ibadah yang telah diwajibkan oleh Allah SWT sesuai firman-Nya dalam Al-Quran.
وَاَقِيْمُوا الصَّلٰوةَ وَاٰتُوا الزَّكٰوةَ وَارْكَعُوْا مَعَ الرّٰكِعِيْنَ
Artinya: “Dan laksanakanlah salat, tunaikanlah zakat, dan rukuklah beserta orang yang rukuk.” (QS. Al Baqarah: 43)
Umat islam diperintahkan untuk melaksanakan shalat 5 waktu pada waktu yang telah ditentukan diantaranya Subuh, Dzuhur, Ashar, Maghrib, dan Isha.
.. اِنَّ الصَّلٰوةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِيْنَ كِتٰبًا مَّوْقُوْتًا …
Artinya: “Sungguh, shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.” (QS. An Nisa: 103)
Shalat dapat dikerjakan secara sendirian atau berjamaah, namun perlu diketahui bahwa shalat berjamaah lebih baik dibandingkan dengan shalat sendiri, dimana Allah SWT akan melipat gandakan pahala nya orang yang shalat berjamaah.
صَلاَةُ الْجَمَاعَة أفْضَلُ مِنْ صَلاَةِ الْفَذِّ بِسَبْعٍ وَعِشْرِينَ دَرَجَةً
Rasulullah s.a.w. bersabda: “Shalat berjamaah adalah lebih utama dari shalat fadz -yakni sendirian-dengan kelebihan dua puluh tujuh (27) derajat.” (Muttafaq ‘alaih HR: Bukhari)
Shalat berjamaah bisa dilakukan bersama keluarga dirumah atau bagi kalian yang tinggal didekat masjid dan mendengar Adzan dari masjid tersebut maka sudah sepatutnya untuk shalat berjamaah dimasjid.
Berdasarkan Riwayat Muslim:
وعن أبي هريرة ,قَالَ: أَتَى النبيَّ – صلى الله عليه وسلم – رَجُلٌ أعْمَى، فقَالَ: يا رَسُولَ اللهِ، لَيسَ لِي قَائِدٌ يَقُودُنِي إلى الْمَسْجِدِ، فَسَأَلَ رَسُولَ اللهِ – صلى الله عليه وسلم – أَنْ يُرَخِّصَ لَهُ فَيُصَلِّي فِي بَيْتِهِ، فَرَخَّصَ لَهُ، فَلَّمَا وَلَّى دَعَاهُ، فَقَالَ لَهُ: «هَلْ تَسْمَعُ النِّدَاءَ بِالصَّلاَةِ؟» قَالَ: نَعَمْ. قَالَ: «فَأجِبْ». رواه مُسلِم.
Dari Abu Hurairah r.a., katanya: “Ada seorang lelaki buta matanya datang kepada Nabi s.a.w. lalu berkata: “Ya Rasulullah, saya ini tidak mempunyai seorang pembimbing yang dapat membimbing saya untuk pergi ke masjid,” lalu ia meminta kepada Rasulullah s.a.w. supaya diberi kelonggaran untuk shalat di rumahnya saja, kemudian beliau s.a.w. memberikan kelonggaran padanya. Setelah orang itu menyingkir -hendak pergi-, lalu beliau s.a.w. memanggilnya dan berkata padanya: “Adakah engkau mendengar suara adzan shalat?” Orang itu menjawab: “Ya, mendengar.” Beliau s.a.w. bersabda lagi: “Kalau begitu, kabulkanlah isi adzannya itu.” (Riwayat Muslim)
Berdasarkan kutipan hadits tersebut bisa kita ambil hikmahnya, yaitu seseorang yang buta pun diperintahkan oleh Nabi Muhammad SAW agar melaksanakan shalat berjamaah dimasjid, apalagi bagi muslimin yang sehat, tidak dalam keadaan cacat dan buta.