LDIILampung.com – Hari ketiga rapimnas, selain kedatangan Ketua KPK Abraham Samad, LDII mencoba mengobati masyarakat yang haus akan informasi mengenai LDII dengan sudut berimbang. Untuk itulah LDII melaunching buku sejarah LDII. buku ini ditulis oleh Prof Singgih Sejarawan UNDIP, Ludhy Cahyana Departemen KIM DPP LDII dan Dr. Basseng.
Buku ini disusun atas permintaan akademisi yang kesulitan mendapatkan literatur mengenai LDII. Sebagai sejarawan saya memiliki ketertarikan tersendiri karena LDII memiliki keistimewaan.
Prof Singgih menuturkan LDII sebagai ormas terbesar di Indonesia, sejak empat puluh tahun lalu telah berembrio dari kelompok kecil menajadi ormas yang memiliki kualitas.
“Usia 40 tahun merupakan usia tonggak kritis apakah seseorang bisa survive. Saya melihat LDII selama 40 tahun telah mampu mengawal proses demokrasi di Indonesia,” ungkap Singgih.
LDII dinilai memiliki kekuatan untuk melakukan transformasi menjadi organisasi besar dengan konsep dakwah sejuk. Sejarah ini memperlihatkan dalam 40 tahun bukan hanya ada, tetapi hadir memberikan kontribusi untuk masyarakat.
“LDII memiliki follower yang mampu memanage ilmu pengetahun demi kesejahteraan rakyat, sehingga disini terjadi proses. Memberikan pencerahan dari segi dunia dan akhirot,” lanjut Prof Singgih.
Warga LDII merupakan komunitas dengan pengetahuan yang luas dan mendalam sehingga terbangun keyakinan yang kuat.Prof singgih mengungkapkan inilah yang menjadi roh LDII.
Keistimewaan LDII, Prof Singgih menuturkan ormas ini memiliki konsistensi menghadapi perubahan zaman sebagai lembaga dakwah. Disaat banyak ormas menjadi sebuah partai, LDII hadir berbeda.
“Sejak 1972 hingga 2012 saya menemukan fakta sejarah, sejak embrio LDII yang dahulunya bernama Lemkari sudah berjuang untuk membina masyarakat. Setelah menjadi sang Pembina, LDII melangkah sebagai penengah.
Saya menemukan hal yang sangat khas, yaitu adanya keilmuan yang berkembang secara popular dan sistematis. Semua warga LDII adalah ulama, dengan demikian tidak akan dijumpai proses elitisasi.
Melihat perkembangan terakhir, kiprah LDII tidak hanya bersinggungan di level lokal namun sampai level internasional. “Sudah waktunya kita komunikasikan bahwa kiprah para tokoh tersebut merupkan aset bagi kehidupan masyarakat yg lebih baik,” kata Prof Singgih (Frediansyah Firdaus/Lines).